Buku Lahyanto Nadie Modal untuk Usulkan Rochjani Soe’oed Jadi Pahlawan Nasional

INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: Peran dan kontribusi M. Rochjani Soe’oed sebagai Sekretaris Pembantu V dan salah satu pemimpin rapat di hari kedua Kongres Pemuda II 1928 yang turut serta menyusun narasi Sumpah Pemuda dianggap sangat besar jasanya bagi bangsa dan negara Indonesia.

Untuk menghormati jasanya, muncul usulan agar mantan hakim itu layak mendapat gelar Pahlawan Nasional.

Antropolog Universitas Indonesia (UI) Prof Yasmine Zaki Shahab mengatakan, untuk mengusulkan Rochjani sebagai Pahlawan Nasional dibutuhkan kajian akademis dan naskah akademis yang bisa disodorkan kepada pemerintah.

Menurutnya, buku berjudul M Rochjani Soe’oed: Dari Betawi untuk Indonesia, termasuk satu dari sedikit karya yang membedah tokoh Sumpah Pemuda 1928.

Bagaimana peran Rochjani Soe’oed, seorang pemuda Betawì dari organisasi Pemoeda Kaoem Betawi, berada dalam peristiwa penting gerakan pemuda di era prakemerdekaan Indonesia kala itu.

“Kalau kita usulkan kita harus punya kajian dan naskah akademisnya. Nah, buku ini bisa jadi salah satu rujukan untuk melengkapi usulan itu,” katanya dalam Peluncuran buku M Rochjani Soe’oed karya Lahyanto Nadie dan Zaenal Aripin di Museum Sumpah Pemuda, Jalan Kramat Raya, 106, Jakarta Pusat, pada Senin, 28 Oktober 2024.

Yasmine mengatakan bahwa selain menelusuri dan mencari informasi sedetil mungkin lantas mengabadikannya menjadi sebuah buku, perlu juga peninggalan Rochjani diabadikan menjadi benda bersejarah.

Misalnya, rumah Rochjani di Kepu, Kemayoran, Jakarta Pusat, harus jadi cagar budaya.

Pemerintah DK Jakarta perlu segera cepat bergerak menjadikan rumah tersebut menjadi cagar budaya agar tidak punah. Bagi masyarakat Betawi juga harus memahami bahwa ada aset yang terancam.

“Orang Betawi berdosa jika aset penting tersebut sampai terjual. Ini penting saya tegaskan agar orang Betawi pada melek.” katanya.

Anggota DPD RI Prof DR Dailami Firdaus menambahkan, ia siap memfasilitasi untuk membuat kajian akademis melalui Universitas Islam Assyafi’iyah (UIA) miliknya

“Saya sebagai Ketua Yayasan Assyafi’iyah membuka diri kepada para peneliti dan intelektual Betawi untuk membuat kajian akademis, baik itu diskusi, seminar maupun penerbitan buku demi mengawal usulan Pahlawan Nasional Rochjani Soe’oed,” ucapnya.

POTRET DIMENSIONAL

Wartawan senior yang juga budayawan N. Syamsuddin Ch Haesy menjelaskan, potret dimensional berbagai aspek dan faktor ketokohan Rochjani Soe’oed dari personalitas dirinya, dimensi lingkungan domestiknya (termasuk ketika kemudian berumah tangga), lingkungan sosialnya sebagai ambtenaar dan aktivis pergerakan pemuda, sangat kaya.

Bila hendak dihadirkan pada dimensi kekinian sebagai cermin di tengah kehidupan bangsa yang gamang, tak menentu, ribet, dan dihadapkan dilema kemenduaan, eksistensi dan peran dirinya merupakan cermin jernih.

Khasnya dalam menemukan kembali kapasitas diri sebagai pribadi berintegritas kala bangsa ini surplus petinggi dan miskin pemimpin; surplus akademisi dan miskin intelektual; serta kaya politisi dan miskin negarawan.

“Boleh jadi, tokoh Rochjani Soe’oed akan menjadi salah seorang tetiba dirindukan, ketika cermin kebangsaan kita jatuh dan pecah berkeping, karena kita mengabaikan sejarah,” kata Bang Sem, sapaannya.

Sementara itu, penulis buku, Bang Lay, panggilan akrab Lahyanto Nadie, menjelaskan data tentang sosok Rochjani Soe’oed dan kehidupannya minim sekali. Kendati pun telah dicari dalam berbagai literatur tokoh Betawi. Hasilnya nihil.

Padahal, dia memegang peran penting dalam Sumpah Pemuda 1928, yaitu sebagai sekretaris pembantu V dan salah satu pemimpin rapat di hari kedua Kongres Pemuda II 1928 serta turut menyusun narasi Sumpah Pemuda 1928 yang kita kenal saat ini:

  1. Tumpah darah yang satu, tanah air Indonesia
  2. Berbangsa satu, bangsa Indonesia
  3. Berbahasa satu, bahasa Indonesia.

Penulis buku ini, Lahyanto Nadie dan Zaenal Aripin menemukan data awal sebagai sumber primer penulisan tentang Rochjani Soe’oed dari ‘manuskrip” Jepang, berjudul Orang Indonesia Jang Terkemoeka di Djawa terbitan Gunseikanbu.

Buku ini kendati menulis tentang tokoh Sumpah Pemuda 1928, penulis mendisklaimer sebagai tulisan reportase perjalanan hidup Rochjani Soe’oed.

“Ini bukan buku sejarah, tetapi reportase sejarah hidup tokoh Sumpah Pemuda 1928, khususnya tentang Rochjani Soe’oed,” ujar Bang Lay.

*) Ditulis oleh Dunih Mutani, anggota Forum Jurnalis Betawi (FJB)

What is your reaction?

0
Excited
0
Happy
0
In Love
0
Not Sure
0
Silly

You may also like

Comments are closed.

More in Bisnis