
Inilah 4 Hambatan Bank BUMN dari Danantara
INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: Bank BUMN akan mengalami empat tantangan ke depan.
Pertama, pengendalian oleh Danantara yang diharapkan meningkatkan produktivitas dan profitabilitas.
Kedua, akan digiring membiayai proyek proyek Danantara.
Ketiga, diminta ikut membiayai proyek tiga juta rumah.
Keempat, diminta membiayai 70.000 kopdes merah putih.
Menurut ekonomi Hasan Zein Mahmud, jika poin kedua sampai empat dilakukan dengan pruden lewat prosedur standar, tentu peluang bagus. Namun kalau diinjak kaki oleh kekuasaan, bisa runyam.
Ia tidak mampu menganalisis kelayakan bisnis dan ekonomis dari kehadiran Danantara. Jangan kan kelayakan bisnis, bahkan alasan kehadiran Danantara pun tak sepenuhnya saya pahami. Juga setelah saya berkaca dari kasus INA, yang hingga saat ini tak saya ketahui prestasinya.
Karena itu, Hasan cuma mau membiarkan imajinasinya mengembara di dua lapangan.
Pertama, prospek arus kas. Selama ini porsi dividen pemerintah dari BUMN, masuk ke APBN. Konon dari laba 2024 diharapkan masuk Rp200 triliun. Sejak Danantara hadir, dividen itu akan masuk sebagai pendapatan Danantara.
Danantara boleh jadi mampu meringankan beban APBN dalam membiayai proyek strategis, tapi bagi saya yang biasa berpikir sederhana, Danantara berhasil bila dividen yang disetorkan ke APBN lebih besar dari dividen yang diterima dari perusahaan ex BUMN. Jujur saya tidak yakin itu bisa dicapai selama 2-3 tahun ke depan.
Kedua, urusan tata kelola. Selama ini Kementerian Keuangan berperan sebagai pemilik pengendali BUMN. Sementara Kementerian BUMN memegang posisi pengawas operasional.