Minat Baca Rendah, Buku Dibakar
INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: Minat baca masyarakat Indonesia memang rendah. Buku Catatan Najwa dibakar. Namun Pustaka Kaji tetap menerbitkan buku.
Seorang warganet melakukan aksi tak terpuji sebagai bentuk ketidaksukaannya kepada Najwa Shihab. Hal tersebut dilakukan dengan membakar buku karya Najwa Shihab yang berjudul Catatan Najwa. “Efek cuaca panas, bisa keluar api gini. Menyala Mbak Nana,” demikian tulisan dari video yang ditangkap layar dan disebarkan di X.
Aksi pembakaran buku itu membuat warganet di X geram. Bahkan, mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan secara tidak langsung menyampaikan pendapatnya tentang pembakaran buku itu. Anies mengutip kembali cuitan yang pernah dibuatnya pada 2021 lalu.
“Menengok kembali twit tiga tahun lalu tentang buku, tentang pikiran, tentang perdebatan, terasa makin relevan,” tulis Anies dalam cuitannya, Selasa, 29 Oktober 2024.
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu kemudian mengutip pernyataan dari novelis Ellen Hopkins tentang pembakaran buku dan gagasan seseorang. “Novelis Ellen Hopkins mengatakan, ‘Bakar saja setiap buku, hanguskan setiap halaman, hancurkan setiap kata menjadi abu. Namun gagasan tak dapat dibakar. Dan mungkin itulah ketakutanmu yang sesungguhnya.”
MINAT BACA RENDAH
Ekonom senior Hasan Zein Mahmud, mengatakanb bahwa minat baca masyarakat Indonesia memang rendah. “Lalu kita protes ketika untuk mengolah SDA aja kita tergantung pada teknologi asing. Kita berang ketika ekonomi kita dikuasai oleh etnis pekerja keras,” katanya.
Menurut Hasan, masyarakat cuma bisa ternganga bengong melihat bangsa yg mampu menyulap gurun jadi hijau, membikin bandara di puncak gunung, menyulap lobang tambang jadi hotel bintang, membangun kereta dengan kecepatan 1.000 km per jam. Selain itu, membikin robot multifungsi, mobil tanpa supir, operasi pelabuhan iblis karena beroperasi tanpa tenaga manusia, mengantar parsel pakai drone, mengembangkan teknologi 6G ketika kita masih menggunakan 2G dan 3G.
TERUS TERBIT
Namun Direktur Pustaka Kaji Hamzah Ali mengatakan bahwa meskipun minat baca masyarakat Indonesia rendah tetapi ia tetap menerbitkan buku. “Buku korporasi dan biografi tetap banyak peminat,” katanya.
Menurut Hamzah, buku korporasi dibutuhkan karena perusahaan memberikan informasi untuk para investor, terutama investor asing. “Setelah manajemen perusahaan presentasi kepada investor, mereka memberikan buku,” kata Hamzah.
Sedangkan buku biografi makin diminati karena manfaat membaca teks biografi antara lain mengenal tokoh secara mendalam. “Selain itu dapat menjadi teladan bagi pembaca, memberikan motivasi dan semangat bagi pembaca, menghargai dan menghormati tokoh sesuai dengan perjuangannya, dan mengajak pembaca untuk berpikir,” ujarnya.
Pustaka Kaji pekan lalu meluncurkan buku M. Rochjani Soe’oed dari Betawi untuk Indonesia yang ditulis oleh wartawan lintas generasi yaitu Lahyanto Nadie dan Zaenal Aripin. “Kami telah menerbitkan 27 buku dalam 6 tahun terakhir,” kata Hamzah.