Jauhi Kesombongan dengan Bersikap Sopan dan Santun

INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: Makin kita membaca informasi di berbagai media, semakin terlihat pudarnya sopan santun yang menghiasi kolom berita. Kejadian anak berani memperkarakan, bahkan membunuh orang tuanya telah berulang kali terjadi.

Mahasiswa berani menuntut dan memberi ancaman terhadap Presiden agar memenuhi tuntutannya. Kerap terjadi sehari-hari di masyarakat kasat mata seperti saat naik kendaraan umum, jangan harap para lansia diberi tempat duduk oleh orang yang muda.

Pengalaman Harry Tanugraha, saat belanja, pelayan toko makin jarang berterimakasih setelah menerima pembayaran. Saat di jalan raya, yang usia lanjut harus minggir jika ingin selamat dan tidak ditubruk oleh yang muda. Belum lagi kendaraan yang ugal-ugalan saling sikat tanpa memedulikan keselamatan dan Undang2 RI no.22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Darat.

Hal yang sangat memilukan adalah kejadian seperti diatas juga terjadi di kalangan orang-orang beriman. Sebut saja kejadian saat ingin berjabatan tangan usai kebaktian dan tidak memberi salam saat datang maupun pulang usai PA dirumah jemaat. Etika sopan santun seharusnya telah menjadi budaya yang diajarkan di keluarga sejak masih kecil. Demikian saat salaman, harus lakukan dengan sopan dengan genggaman tangan yang hangat sambil tersenyum  memperhatikan orang yang disalami.

Hormati orang yang sedang bersembahyang, antara lain tidak gaduh dan mengecilkan volume HP atau TV. Hal ini berlaku juga dalam rumah ibadah dan kendaraan umum, jangan berbicara/bertelepon dengan suara keras dan senyapkan volume dering HP.

Memahami Tata Krama

Sopan santun membuat keluarga menjadi harmonis

Harry menjelaskan, pada dasarnya, tata krama terdiri dari dua kata. Tata berarti adat, norma, dan peraturan, sedangkan krama berarti sopan santun, kelakuan, dan tindakan perbuatan. Secara umum, sopan santun mengandung pengertian sikap atau perilaku yang tertib, ramah sesuai adat istiadat/norma yang berlaku dalam pergaulan antar manusia. Sopan santun juga memiliki sikap saling hormat menghormati, bertutur kata baik bersikap rendah hati serta berbelas kasih menolong orang lain.

“Sopan santun merupakan bagian dari terminologi etika. Etika sendiri tidak mempersoalkan apa atau siapa manusia itu; tetapi hanya mempersoalkan bagaimana seharusnya berbuat dan bertindak,” tutur Harry kepada Indowork, (5/11/2021).

Sopan berarti hormat takzim menurut adat yang baik. Santun mengandung arti baik, halus budi bahasa /tingkah lakunya serta suka menolong dan belas kasih. Dalam pengertian luas, sopan santun juga mencakup rasa malu, yaitu sikap menahan diri dari perbuatan jelek, kotor, tercela, dan hina. Orang yang memiliki rasa malu, akan mencegah dirinya dari perbuatan tercela dan selalu melaksanakan perintah Allah.

Ukuran sopan santun dapat diukur dari suatu sikap yang ramah terhadap orang lain, bersikap baik, hormat, tersenyum, dan taat selalu pada peraturan. Perilaku seseorang dipengaruhi faktor dari dalam dirinya sendiri, misalnya pengetahuan yang dimiliki, sikap, kecerdasan, persepsi, emosi, dan motivasinya.

Sedangkan faktor luar yang memengaruhi, termasuk lingkungan, sosial, ekonomi, dan budaya. Terdapat banyak aspek perilaku sopan santun, misalnya untuk bergaul dengan orang tua, tidak berkata kasar/membentak, tunduk/patuh/tidak menyakiti, menghargai pendapat, dan selalu setia mendoakan orang tua.

Saat bergaul dengan orang yang lebih muda, harus bersikap menyayangi, memberi contoh/teladan yang baik, tidak berlaku otoriter, serta tetap menghargai pendapatnya.  Sementara itu, ketika bergaul dengan teman sebaya, sopannya saling memberi dan menerima  nasehat, berbagi rasa, saling menolong, dan memaafkan.

Tak hanya kepada yang lebih tua dan muda, bergaul dengan lawan jenis harus saling menghormati dan saling menghargai serta patuh pada norma agama/adat masyarakat dengan tetap menghindari pergaulan bebas tanpa batas.

“Untuk murid-murid yang saat ini ‘mampu’ memukul gurunya, haruslah ingat harus tunduk/patuh, biacaralah dengan sopan/halus, sapa gurumu dengan hormat dan jangan lupa juga berdoa untuk guru,” tandas Harry.

Sopan Santun dalam Keluarga

Dalam kehidupan keluarga, perilaku sopan santun harus telah tertanam sejak kecil. Terhadap orang tua harus taat, tidak melawan, tidak berbicara keras dan atau membentak, jangan memotong pembicaraan orang tua. Beri salam kepada orang tuamu, saat akan pergi ataupun datang kembali dirumah. Badan agak membungkuk ketika melewati didepan orang tua sambil mengucap ‘permisi’.

Hal itu berlaku sama  terhadap guru dan ataupun orang yang dituakan. Sopan santun merupakan unsur penting dalam kehidupan bersosialisasi. Penting bagi setiap orang memiliki perilaku sopan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Melalui perilaku itu, akan menciptakan kedamaian dan ketentreman masyarakat. Menunjukkkan sikap santun, orang lain akan menghargai dan menyenangi keberadaan diri kita sebagai mahluk sosial.

Orang Timur, telah dikenal sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi etika sopan santun.  Orang Timur dikenal juga ramah, murah senyum dan bersikap baik kepada semua orang. Hanya ada segelintir manusia, yang menyalahgunakan keramah tamahan ini, dengan menjadikan “peluang” untuk tempat melakukan keinginannya.

Pengalaman lain Harry dalam hidup adalah bertemu dengan orang yang ‘suka memanfaatkan keadaan’. Harry bercerita ada kenalannya berkata, “saya senang kenalan dengan ibu/bapak, karena saat saya butuh, ada tempat untuk meminjam uang.”

Pudarnya etika sopan santun dalam masyarakat, seiring dengan makin dinginnya kasih dalam diri manusia. Dan hal ini memicu kesombongan dan ego diri yang berlebihan.

Tuhan sendiri telah mengingatkan dalam sabda-NYA : “Marilah kta hidup dengan sopan, seperti pada siang hari, jangan berpesta pora dan kemabukkan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu. jangan dalam perselisihan dan iri hati.”

Hilangkan ego dan sesuaikan semua kata dan perbuatan kita pada kebenaran Allah.

What is your reaction?

0
Excited
0
Happy
0
In Love
0
Not Sure
0
Silly

You may also like

Comments are closed.

More in Humaniora