Betawi

Abdul Syukur Berharap Anies Baswedan Jadi Presiden

INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: Sejak Anies R. Baswedan menjadi Gubernur DKI Jakarta banyak sekali perubahan. Bukan hanya fisik semata tetapi membangun masyarakat melalui perubahan budaya juga terlihat dalam 5 tahun terakhir.

Ketua Forum Pengkajian dan Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Abdul Syukur berpendapat bahwa baru kali ini ia memiliki gubernur sebaik ini mulai dari segi fisik, ilmu, pembawaan dan kepeduliannya.

“Anies adalah gubernur DKI Jakarta terbaik selama ini,” katanya Rabu, 3 Agustus 2022.

Menurut Syukur, Anies cukup baik terhadap perhatiannya pada kaum Betawi dan tidak abai terhadap kebudayaannya. “Anies adalah gubernur yang paling dekat dengan Betawi sehingga kami cukup berkembang.”

Dalam pandangan Syukur, kinerja Anies adalah yang paling bagus dibanding dengan gubernur yang lain. Ia berharap bahwa Anies terus menjadi gubernur atau lebih baik lagi menjadi kepala negara sehingga Indonesia. “Insya Allah negara k ita akan menjadi lebih baik lagi.”

JAKARTA BERKEMBANG

Menurut Syukur, jika Jakarta tidak lagi menjadi ibukota, masyarakat Jakarta akan lebih bagus lagi. “Namun itu perlu perjuangan yang lebih keras.”

Syukur berpendapat bahwa orang Betawi tidak terlalu bergantung terhadap status keduniaan.

Ia berharap pemimpinan Jakarta mendatang sebaiknya mengerti tentang Jakarta dan memahami kebudayaan Betawi.

Abdul Syukur merupakan dokter militer lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Karier Militer yang pernah dijabat antara lain KaKesdim 1105, Ka Rumkit Dam XI/TB, Asnis Ka Cakespreu Jaukesad, Ka Pusrehabcat Dephankam.

Ia lahir di Jakarta, 21 April 1941, dikenal juga sebagai khatib dan penceramah yang cakap. Syukur merupakan tokoh yang memperjuangkan kepentingan Betawi di Jakarta. Ketua Umum Bamus Betawi periode 1997-2002 ini mendorong Jakarta harus dipimpin oleh orang Betawi pada Pilkada DKI 2002.

 

 

 

What is your reaction?

0
Excited
0
Happy
0
In Love
0
Not Sure
0
Silly

You may also like

Comments are closed.

More in Humaniora