Kini Saatnya untuk Masuk Kembali ke Saham BRMS
INDOWORK.ID, JAKARTA: BRMS salah satu saham pertama dalam portfolio saya, ketika mulai aktif sebagai investor saham, pada pertengahan 2017. Beli di harga 50, jual habis lima tahun kemudian pada harga 210. Membeli pada saat perusahaan belum memperoleh pendapatan operasi sama sekali. Hanya secara intuitif menangkap peluang dari tiga proyek tambang milik perusahaan: Palu, Gorontalo dan Dairi.
Saya mulai “bersalaman” kembali dengan BRMS, pada harga Rp214. Menyendok pakai sendok teh. Menggunakan analogi catur – yang biasa kami gunakan di salah satu grup – saya mulai masuk dengan sebuah pion kurus cacingan.
Kini setelah perusahaan berproduksi komersial, menunjukkan pendapatan operasi yang makin meningkat, mulai mencatat laba operasi, menyongsong penambahan kapasitas produksi delapan kali lipat, saya pikir, saatnya untuk masuk kembali.
Entah apa yang menyebabkan, tiba-tiba saham BRMS menukik tajam. Harga Rp147 pada penutupan Jumat, 30 September 2022, tinggal 48% dari harga tertinggi yang pernah dicatat saham BRMS, Rp304.
FAKTOR KEMEROSOTAN
Penurunan tajam harga saham BRMS membuat saya lebih serius melototi. Sembari berupaya mempelajari faktor di balik kemerosotan harga itu, saya menambah bidak bidak, bahkan juga kuda. Peluncur dan benteng juga disiapkan sebagai ancang ancang penyerbuan lebih massif.
Kinerja keuangan BRMS, hingga saat ini, memang belum menggiurkan. Tampilan kinclong pada kuartal 4 tahun lalu, dikerek oleh laba non operasi. One off income. Yang paling menonjol adalah penerimaan kembali piutang yang telah dihapusbukukan beberapa tahun lalu.
PROSPEK BRMS
Sebagai investor, bobot terbesar dalam keputusan investasi saya adalah prospek. P R O S P E K !
Mata bintitan saya masih melihat potensi BRMS ke depan:
Pertama, Rencana ekspansi yang jelas. Mulai dari penambahan kapasitas pengolahan emas tahap 2 disusul tahap 3, tahun 2024. Potensi tembaga di Gorontalo. Potensi zinc dan lead di Dairi
Kedua, Harga emas di sekitar USD 1,620 – 1.630 per troy ounce, menurut saya, adalah harga bottom. Lebih dari sekedar fungsi tradisionalnya sebagai safe haven dan hedging inflasi, dalam jangka panjang, emas akan menjadi game changer, memperbaiki kekacauan tatanan mata uang internasional yang tidak lagi bisa dipercaya, saat ini. Saya menyimak dengan diam, kegiatan Bank Sentral China (PBOC) yang terus menerus melakukan pembelian emas. Target memiliki deposit emas terbesar di dunia, melampaui Jerman (4.000 ton) dan AS (8,500 ton)
Ketiga, Pembayaran kembali piutang yang telah dihapus-bukukan, dalam perkiraan saya bukan one off profit. Pembayaran diterima dalam bentuk tambang emas Karta di Banten, yang sangat boleh jadi memiliki kelayakan ekonomis untuk dieksploitasi lebih lanjut. Dan menyumbang signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Probability to be glitter!
*) Ditulis oleh Hasan Zein Mahmud, Redaktur Khusus Indowork.id