Wall Street Punya Banyak Mitos

INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: Wall Street punya banyak mitos. Salah satu yang saat ini paling banyak digunjingkan adalah inverted yield curve. Kurva imbal hasil obligasi (baca US Treasury) merupakan garis yang menunjukkan hubungan antara imbal hasil obligasi dan peringkat yang sama tapi memiliki jatuh tempo (maturity) yang berbeda.

Dalam keadaan normal, yield curve akan bergerak naik dari kiri bawah ke kanan atas. Ascending. Artinya dalam keadaan normal, obligasi yang jatuh temponya lebih panjang memberikan imbal hasil yang lebih tinggi,

Nah inverted yield curve terjadi bila keadaan terbalik. Ketika imbal hasil obligasi dengan jatuh tempo lebih pendek lebih tinggi dari imbal hasil jangka panjang, kurva akan patah, menukik dan menurun. Descending.

Inverted Yield Curve adalah indikator yang menunjukkan bahwa ekonomi berada di tubir jurang resesi.

Gejala imbal hasil treasury 2 tahun, (T-2Y) berada di atas T-10Y, sudah terjadi sejak Juli lalu. Mendung hitam resesi dipercayai menggantung rendah di langit Amerika. Blommberg bahkan sudah menjatuhkan ‘vonis’ bahwa probabilitas resesi Amerika Serikat akan terjadi pada 2023, mencapai 100%!

MAKIN TAJAM

Nah kini inverted yield curve makin tajam. Bukan saja imbal hasil T-2Y yang lebih tinggi dari T-10Y, imbal hasil treasury tiga bulan pun, kemarin, sudah melampaui imbal hasil T-10Y. Gerimis mulai renyai di langit Amerika?

Selain yield curve, ada lagi yield spread yang juga sering dipakai sebagai indikator situasi psikologi investor. Optimistis atau pesimistis. Kita celotehi pada kesempatan yang lain.

Sejatinya, inverted yoeld curve sebagai sinyal resesi ekonomi, tak sepenuhnya mitos. Bisa diberikan penjelasan rasional ekonomis di balik gejala itu.

“A yield curve inverts when long-term interest rates drop below short-term rates, indicating that investors are moving money away from short-term bonds and into long-term ones. This suggests that the market as a whole is becoming more pessimistic about the economic prospects for the near future.”

Lha kok mitos? Saya mengamati indikator. Menangkapnya sebagai sinyal. Menggunakannya sebagai pertimbangan. Tapi bukan kepastian. Ekonomi lebih kompleks dari sekedar kalkulasi matematis. Psikologis memainkan peran tak kalah menentukan.

Jangan terjebak pada self fulfilling prophecy!

*) Ditulis oleh Hasan Zein Mahmud, Redaktur Khusus Infrastruktur.co.id

What is your reaction?

0
Excited
0
Happy
0
In Love
0
Not Sure
0
Silly

You may also like

Comments are closed.

More in Bisnis