Mengenal Bambang Widianto, Sosok ‘Teman’ dan ‘Guru’ di TNP2K

INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: Bambang Widianto, ia adalah sosok dibalik penanggulangan kemiskinan tanah air.

Ia disebut oleh orang-orang terdekatnya memiliki sifat perfeksionis yaitu bersahaja, berdisiplin, dan bekerja secara total untuk kemajuan bangsa dan negara. Walau menduduki jabatan yang tinggi yakni eselon satu, Bambang tidak mengambil jarak dengan para stafnya.

Ia sangat menekankan prinsip egalitarian dalam menjalankan leadership-nya. Dalam urusan pekerjaan, ia sangat teliti dan profesional. Ia memberikan penugasan dengan sangat detail, kemudian memantau sendiri untuk memastikan apakah pekerjaan tersebut sudah diselesaikan secara tuntas dan sempuna.

dalam hal pergaulan sehari-hari, Bambang memperlakukan para stafnya seperti teman. Ia mengenal semua staf satu per satu, mulai dari Kepala Unit sampai dengan staf yang bertugas di bagian rumah tangga, sekuriti, dan sopir. Bukan hanya itu, ia bahkan mempertahankan sendiri sopir pribadinya yang hendak dikenakan PHK oleh perusahaan outsourcing yang menjadi mitra kerja TNP2K.

Dengan segala kesibukannya, Bambang Widianto bekerja nyaris 18 jam sehari. Ia sering pulang ke rumah di atas pukul 23.00 malam. Namun, pagi hari sekitar pukul 06.00 sudah berangkat lagi ke kantor.

Meskipun demikian Bambang tidak pernah kelihatan sakit. Paling-paling ia mengalami ‘back-pain’. Untuk menjaga kebugaran tubuhnya Bambang rutin mengecek Kesehatan, Paling tidak sebulan sekali ia menjalani medical check-up. Selain itu, ia rajin berolahraga seperti bersepeda statis dan berenang.

Sosok Guru

Sosok Bambang Widianto pun sepertinya tidak cukup hanya dipandang sebagai birokrat ataupun teknokrat. Ia pantas pula disebut sebagai ‘guru’. Tentu saja, ia bukanlah ‘guru’ dalam arti sempit yaitu ‘sebagai seorang yang mata pencahariannya mengajar’. Sebab, pekerjaan utamanya adalah mengabdi di pemerintahan.

Ia menjadi ‘guru’ karena merasa terpanggil untuk membagikan pengalaman dan ilmu pengetahuan yang ia miliki kepada orang lain, terutama para birokrat muda, supaya mereka juga dapat mengabdi kepada bangsa dan negara secara berintegritas.

Spirit berbagi itulah yang membuat Bambang masih menyempatkan diri untuk mengajar di dua kampus perguruan tinggi di Jakarta, selama hampir tiga dekade tanpa jeda. Pada lembaran riwayat hidupnya, ia tercatat, sebagai dosen senior di Universitas Indonesia (UI) sejak 1990 hingga sekarang.

Selain itu, ia adalah dosen senior di Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA–LAN) mulai tahun 2002 hingga sekarang. Bambang itu sangat sibuk. Meski demikan, ia masih meluangkan waktu untuk mengajar.

Meski tak pernah berada di kampus secara purna waktu, dengan menjadi ‘guru’ selama 29 tahun tanpa jeda, Bambang seakan ingin memproyeksikan visinya bahwa “hidup ini adalah sebuah pengabdian total kepada sesama bangsa dan negara”.

Lebih dari itu, dengan menjadi ‘guru’, ia seakan ingin menggarisbawahi sebuah keyakinan bahwa siapa pun. Bagi mereka yang memiliki banyak talenta, baik dalam rupa ilmu pengetahuan, keahlian maupun pengalaman, harus bersedia menularkannya kepada orang lain.

Dengan begitu, akan muncul semakin banyak orang yang mampu berpartisipasi dan berkontribusi dalam upaya memajukan bangsa dan negara.

Menyebar Empati

Selain cerdas dan membukukan kinerja yang luar biasa. Bambang adalah sosok yang memiliki pemahaman yang mendalam dan empati yang kuat kepada masyarakat yang kurang beruntung dan hidup dalam kemiskinan.

Hal itu, tidak hanya pada tataran konsep, melainkan tampak dalam praktik hidup sehari-hari. Jayadi yang pernah menjadi sopir pribadinya bersaksi “ Beliau itu itu amat peduli pada orang lain. Secara pribadi saya merasa diperlakukan sebagai bagian dari anggota keluarganya sendiri. Biaya sekolah anak saya pun dibayar oleh beliau. Bahkan, saya dan keluarga diperkenankan menggunakan mobilnya untuk pergi berekreasi”.

Di lingkungan tempat tinggal, sikap Bambang Widianto juga tidak berbeda. Low profile . Jadi, jangan heran, ketika ada warga lingkungan rumahnya terkena demam berdarah, ia berinisiatif untuk melakukan fogging di seluruh wilayah lingkungan.

What is your reaction?

0
Excited
0
Happy
0
In Love
0
Not Sure
0
Silly

You may also like

Comments are closed.

More in Humaniora