Perkembangan Industri Otomotif di Indonesia: Dari Impor hingga Mobil Nasional

INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: Visi untuk menyejahterakan rakyat di republik ini dibangun antara lain lewat pembangunan ekonomi nasional.

Salah satu pilar itu adalah industri pengolahan atau manufaktur. Industri otomotif sebagai salah satu bagian dari industri manufaktur memiliki peranan penting.

Sebagai contoh, saat terjadi pergantian pimpinan nasional dari Presiden Soekarno ke Presiden Soeharto. Saat itu industri otomotif menjadi salah satu prioritas dalam rencana pembangunan nasional pemerintah sejak Orde Baru.

Karakter industri otomotif yang padat modal, padat karya, dan teknologi tinggi diyakini mampu menjadi motor penggerak ekonomi suatu bangsa. Bahkan kemajuan satu negara bisa diukur dari kehadiran industri otomotifnya.

Peranan Industri Otomotif dalam Pembangunan Ekonomi Nasional

Presiden Soeharto ingin membangun industri otomotif yang mandiri di Indonesia sejak memimpin Republik Indonesia. Setelah melihat kondisi pasar otomotif Indonesia yang lebih banyak beredar mobil impor secara utuh (CBU), sementara mobil hasil rakitan lokal (CKD) masih sedikit sekali.

Didorong meningkatkan ekonomi nasional di awal pemerintahannya, Presiden Soeharto mengubah haluan dengan membuat kebijakan strategis di sektor otomotif. kebijakan itu yakni mobil yang boleh beredar di pasar adalah mobil hasilan rakitan sendiri (CKD) sambil melarang impor mobil secara utuh (CBU) di era tahun 1970-an.

Kebijakan pembangunan industri otomotif tersebut menarik perhatian para pemilik merek otomotif dunia terutama asal Jepang. Dari mendirikan fasilitas perakitan mobil tersebut, prinsipal otomotif ini melihat Indonesia sebagai masa depan dan pasar potensial bagi mereknya secara jangka panjang.

Setelah membangun pabrik perakitan, merek-merek otomotif global ini semakin yakin dengan pasar otomotif Indonesia. Sehingga mereka berani membangun pabrik mesin dan komponen utama pendukung produk otomotif.

Pada akhirnya akan menjadi basis produksi dan pasar ekspor beberapa merek otomotif dunia untuk pasar kawasan Asia. Perkembangan pasar dan industri otomotif yang demikian cepat ini mendorong pemerintah dan kalangan swasta di Tanah Air merintis produk otomotif merek sendiri.

Inisiatif Pemerintah dan Swasta untuk Membuat Mobil Sendiri

Pemerintah yang dipimpin oleh Menteri Riset dan Teknologi RI BJ Habibie merintis program mobil nasional yang diberi nama Maleo pada awal tahun 1990-an. Di proyek Maleo, BJ Habibie mengerahkan sumber daya badan usaha miliki negera (BUMN) PT IPTN –kini PT DI, bersama rumah desain asal Australia Millard Design.

Kalangan swasta pun tidak ketinggalan dengan mendeklarasikan program mobil nasional seperti PT Bakrie Brothers dengan program mobil Beta 97 MPV dan Mobil Astra oleh PT Astra International Tbk.

Mereka hadir di program mobil nasional bukan sekadar ingin ikut mencicipi pasar otomotif Indonesia yang terus bertumbuh pada era tahun 1990-an. Tidak hanya itu, mereka juga ingin membuktikan bahwa sumber daya manusia mampu memproduksi mobil sendiri.

Dalam konteks bangsa yang lebih luas, keberadaan mobil nasional tidak hanya dapat dilihat dari sisi masalah kebangsaan (dignity), tapi juga keberadaannya harus dapat memberikan manfaat lebih pada pembangunan nasional.

Konteks Global dan Peran Strategis Indonesia dalam Industri Otomotif

Industri otomotif di beberapa negara berperan strategis dan signifikan dalam hal peningkatan nilai tambah produknya, tingkat keahlian pekerja yang tinggi, nilai kompetitif, teknologi maju, dan berbagai dampak terhadap pengembangan teknologi otomotif di suatu negara.

Oleh karena itu beberapa negara mempunyai perhatian khusus terhadap pengembangan industri otomotif, seperti yang ditulis Anugerah Yuka Asmara dalam buku bunga rampai berjudul “Pengembangan Mobil Nasional (Bermerek Lokal) di Indonesia: Mungkinkah?” (LIPI Press, 2015).

Beberapa negara maju yang masuk anggota G-20 memiliki industri otomotif yang kuat seperti Amerika Serikat, Jerman, Prancis, Inggris, Jepang, Korea Selatan, India, dan China. Dalam konteks kekinian industri otomotif global tersebut, Indonesia memiliki peran strategis karena merek-merek otomotif global menjadikan Indonesia sebagai salah satu basis produksi dan produk ekspornya di kawasan Asia.

Namun demikian semangat dan kegairahan membangun mobil nasional di Indonesia tak putus sejak program mobil nasional Timor itu dikalahkan WTO, karena selalu muncul rencana pengembangan mobil nasional. Asumsi kuat bahwa negara yang mampu memproduksi mobil sendiri adalah negara maju merupakan salah satu alasan kuat di balik semua ini.

Dihentikannya beberapa program mobil nasional milik swasta dan matinya beberapa merek mobil nasional sejak tahun 1990-an merupakan kombinasi dari beragam faktor dan tidak semata masalah kemampuan teknologi, tapi juga bagaimana kebijakan yang kurang proporsional dan kolutif turut menyumbangkan sistem produksi yang tidak efisien (LIPI Press, 2015).

Hal ini menunjukkan bahwa tantangan untuk mengembangkan mobil nasional sangat jelas dan meliputi beragam dimensi. Padahal dalam Kebijakan Industri Nasional yang termaktub dalam Peraturan Presiden No 28 tahun 2008 dikatakan, ada tiga industri andalan masa depan Indonesia yang mana salah satunya adalah industri alat angkut yang meliputi industri otomotif, selain industri perkapalan dan perkeretaapian.

What is your reaction?

0
Excited
0
Happy
0
In Love
0
Not Sure
0
Silly

You may also like

Comments are closed.

More in Otomotif