Indonesia, Cadangan Nikel yang Membuka Peluang dalam Industri Kendaraan Listrik

INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: Industri otomotif global menghadapi dilema dalam beralih ke kendaraan listrik yang ramah lingkungan. Dilema tersebut karena memerlukan bahan-bahan tertentu untuk memproduksi baterai.

Indonesia Mencari Bentuk untuk Mengikuti Tren Global Kendaraan Listrik

Namun, Indonesia memiliki cadangan nikel yang cukup untuk memproduksi baterai. Minimal produksi baterai selama 20 tahun dan berpotensi menjadi pemasok material baterai Litium NMC811 yang membutuhkan nikel melebihi 60%. Kendati demikian, Indonesia harus membangun pondasi industri kendaraan listrik yang kokoh dan menjadi produsen, bukan hanya pemasok bahan mentah yang mengimpor produk jadi.

Indonesia sedang mencari bentuk untuk mengikuti tren global dengan memproduksi kendaraan listrik berbasis baterai, hibrida, dan new energy vehicles (NEV). hal ini untuk mengantisipasi efek rumah kaca dan mendukung Paris Agreement 2015.

Namun, arsitektur kebijakan industri kendaraan listrik harus memanfaatkan keunggulan industri yang ada dan melakukan rencana mitigasi yang matang. Kebijakan mobil listrik harus mencakup seluruh industri agar tidak meruntuhkan kekuatan industri otomotif nasional yang selama lebih dari 40 tahun.

Pemerintah telah menyusun kebijakan pengembangan NEV melalui Low Cost Green Car (LCGC). Sejak 2013 dengan memberikan penurunan pajak penjualan barang mewah (PPnBM) untuk menurunkan kandungan CO2 per liter bahan bakar yang dikonsumsi.

Kebijakan ini cukup berhasil, tetapi tantangan pengembangan kendaraan listrik jauh lebih besar karena pemerintah tidak memiliki cukup dana bagi pengembangan infrastruktur dan R&D mobil listrik. Pemerintah harus menyelesaikan masalah ini untuk mendorong pengembangan industri kendaraan listrik yang kuat di Indonesia.

What is your reaction?

0
Excited
0
Happy
0
In Love
0
Not Sure
0
Silly

You may also like

Comments are closed.

More in Headline