Pentingnya Pengembangan Industri Komponen Otomotif di Indonesia

INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: Dalam situasi sistem ekonomi pasar yang dianut Indonesia seperti sekarang, memang sangat dimungkinkan bahwa para pemain lokal akan berguguran.

Apalagi, kalau tidak segera mencari mitra yang lebih kuat atau dari asing dan berbagi bisnis. Pemerintah memang sejak awal merancang bahwa tidak akan turut berusaha dalam bisnis industri otomotif.

Akumulasi Kemampuan Teknologi Komponen Otomotif untuk Pengembangan Industri Lain

Namun, bila dilihat seluruh kekuatan industri komponen yang benar-benar lokal Indonesia yang saat ini, basis mereka telah mencapai sekitar 70%. Patut disayangkan bila kemampuan nasional di bidang komponen yang sudah dibangun puluhan tahun itu dikhawatirkan secara perlahan-lahan akan memudar.

Padahal akumulasi kemampuan teknologi dalam memproduksi komponen otomotif sangat diharapkan dapat diaplikasikan pada sektor-sektor manufaktur lain khususnya bidang-bidang engineering. Pemerintah di berbagai belahan dunia sangat sadar mengapa industri ini dipilih untuk dapat berkembang di dalam negeri.

Efek ganda yang dibangkitkan dari industri otomotif luar biasa dalam memicu peningkatan nilai tambah serta peningkatan teknologi bangsanya. Malaysia yang hanya berpenduduk sekitar 17 juta pada saat menggulirkan Program Mobil Nasionalnya sangat sadar akan hal ini.

Mungkin bila dilihat dari perkembangannya, Proton seperti sudah kehabisan bahan bakar. Karena dukungan pemerintah yang sudah sangat dikurangi, jenuhnya pasar dalam negeri, serta tidak lancarnya ekspor.

Namun efek ganda dari industri otomotif sangat dirasakan dalam pengembangan industri manufaktur lain yang berbasis teknologi proses produksi otomotif atau komponennya.

Dorongan dan Pembenahan untuk Berkembangnya Industri Otomotif

Pemerintah Thailand menempuh jalan pengembangan industri yang mirip dengan Indonesia. Tetapi, berbagai dorongan serta pembenahan berbagai sektor pendukung berkembangnya industri ini sangat menonjol.

Dengan Moto yang tidak tanggung-tanggung yaitu “Detroit Asia”, didesainlah sistem insentif kemudahan investasi lainnya yang sangat ramah bagi investor atomotif. Selain itu juga diikuti dorongan secara konsekuen lembaga-lembaga pelatihan tenaga kerja yang didedikasikan untuk menciptakan tenaga kerja terlatih, serta institusi yang menangani R&D untuk membantu pengusaha lokal.

Sangat nampak usaha dan jejak pemerintah untuk mengembangkan industri ini, yang menjadikan negara ini mampu memproduksi mobil pada tahun terbaiknya 2013 sebanyak 2.457.000 unit, dengan penjualan ekspor sebesar 1.121.000 unit, dan sisanya untuk konsumsi domestik.

Simaklah laporan GIAMM tentang ketenagakerjaan di industri ini. Yaitu bahwa tenaga kerja untuk dapat mencapai level kompetensi yang sesuai dengan perkembangan teknologi pembuatan komponen yang mutakhir, ditunjang sertifikasi untuk memastikan level tenaga kerja terampil ternyata masih dalam tahap persiapan.

Pengembangan suatu institusi pendidikan yang qualified tentu saja memerlukan waktu bertahun-tahun dan tidak mudah. Dengan tingkat pendapatan pegawai negeri yang seperti saat ini serta rendahnya insentif yang disediakan, masih disangsikan bahwa lembaga yang dimaksud dapat tercipta dalam waktu dekat.

Sedangkan bila diserahkan kepada swasta, selain investasinya tinggi juga tingkat pengembalian modal sangat lambat. Tampaknya hanya Grup Astra yang merasakan pentingnya pendidikan dan pelatihan yang serius untuk menunjang industri ini dengan mendirikan politeknik sendiri.

Tentu dapat dimaklumi, jika untuk kebutuhan Astra yang diutamakan, yang lain sisanya kalau ada. Memang ada milik pemerintah seperti Politeknik Manufaktur (Polman) di Bandung yang memenuhi kualifikasi, namun dibandingkan dengan besarnya kebutuhan, jumlah politeknik yang qualified dirasakan belum memadai.

You may also like

Comments are closed.

More in Otomotif