Bursa Efek Indonesia ketika masih tradisional

Keadilan dan Belas Kasihan di Bursa Efek Indonesia, Ada Apa?

INDOWORK.ID, JAKARTA: Celaka betul. Celoteh tentang peran bursa sebagai price discovery, oleh beberapa komentator, diterjemahkan sebagai upaya memelas. Mencari perhatian dan belas kasihan. Celaka betul!
Keadilan dan belas kasihan dua binatang yang berbeda. Keadilan tidak indentik dengan pemerataan. Saya juga bukan penganut dialektika Marxisme
Kita simak beberapa contoh praksis ketidak-adilan di Bursa Efek Indonesia. Pengulangan celoteh lama. Sekedar contoh:
Pertama, harga tidak bisa diciptakan sendiri. Seorang bandar untuk membentuk harga membutuhkan banyak tangan. Meminjam banyak akun semu. Transaksi yang tidak melibatkan pemindahan riil beneficial owner. Menurut UUPM itu manipulasi. Itu pidana.
Kedua, dalam IPO, ada “alokasi istimewa”. Alokasi prioritas untuk kelompok tertentu. Mereka secara sadar diberi fasilitas untuk menempati posisi unggul ketika saham mulai ditransaksikan di pasar sekunder. Disediakan wajan besar untuk menggoreng. Di jaman bursa efek masih “primitif” alokasi dilakukan dengan memberikan kesempatan yang sama. Bahkan memberikan prioritas bagi pemesan kecil.
Ketiga, pada private placement hadir aturan memberikan posisi anak emas pada konglomerat dengan mengorbankan ritel.  Orang kaya itu boleh menyetor lebih murah dari orang miskin untuk hak yang sama
Keempat, penggunaan informasi orang dalam dalam bertransaksi. Orang dalam yang memiliki informasi orang dalam dilarang melakukan transaksi.   Kalau A orang dalam membisikkan informasi rahasia kepada B, maka B menjadi orang dalam. Kita menyaksikan  pemegang saham pengendali aktif melakukan trading di bursa.
Pembiaran itu sangat tidak adil.

PERAN BURSA

Kembali pada peran bursa sebagai price discovery.
Mohon difahami bahwa transaksi bilateral sangat berbeda dengan transaksi “atomic” di bursa.
Dalam transaksi bileteral harga tidak memiliki peran sebagai acuan orang banyak. Acuan dunia! Mau murah, mau mahal, mau gratis, silakan, sepanjang disepakati dua pihak. Harga bilateral tidak bisa dijadikan pedoman. Tidak bisa digunakan untuk menilai kekayaan potfolio seluruh dunia. Tidak bisa jadi dasar perhitungan pajak. Tidak layak digunakan sebagai dasar penyelesaian kontrak kontrak, semacam put & call, waran terstruktur, warrant, futures, cfd dan berbagai derivatif lain.
GOTO dermawan. Dia jual saham kepada mitra mikro dengan harga Rp2. Acungan jempol. Saya ikut senang. Tapi harga Rp2 itu tidak bisa menjadi acuan harga saham GOTO di seluruh dunia. Apa kata dunia?

SEBAGAI ACUAN

Hasan Zein Mahmud

Di BEI, interest pribadi itu difasilitasi lewat pasar nego. Agar kepentingan pribadi tidak mendominasi pasar reguler yang highly regulated.  Agar harga bukan ecek-ecek. Agar harga terpercaya. Agar harga bisa dipercaya sebagai acuan nilai porfolio di seluruh dunia
Di bursa – berbeda dengan unorganized market – harga adalah kiblat bersama. Sungguh tragis kalau harga ditentukan oleh seorang bandar. Di meja judi sekaliupun bandar tidak menentukan outcome. Tidak menentukan hasil akhir perjudian!
BEI lebih pantas dikasihani ketimbang saya.
*)  Ditulis oleh Hasan Zein Mahmud, Redaktur Khusus Infrastruktur.co.id

You may also like

Comments are closed.

More in Bisnis