Logika Saham Layaknya Siklus Kehidupan
INDOWORK.ID, JAKARTA: Menggunakan logika ekonomi yang paling sederhana, kita bisa menetapkan satu variabel yang menentukan harga saham. Inflows! Sekali lagi inflows. Naiknya harga saham tersebut, akibat naiknya permintaan. As simple as that.
Pertanyaan ikutan yang tak mudah diteliti dan dirumuskan. Faktor apa yang menaikkan permintaan. Faktor dominan apa yang mendorong arus aliran inflows. Banyak faktor, berkelindan satu sama lain, rumit menentukan mana akar (sebab) mana akibat.
Kita ambil beberapa contoh keseharian. Bisa bujuk rayu influencers, buzzers, pom-pom dan sejenisnya. Bisa menyebarnya info yang menyesatkan, dan beredarnya laporan balon. Bisa janji-janji bohong (seperti dalam kontestasi politik). Bisa khayalan utopis massif yang mengerek FOMO dan panic buying.
Bisa karena mengekor transaksi orang dalam, transaksi investor asing, transaksi manajer dana beken, transaksi investor beken. Bisa keyakinan yang bersumber dari pengamatan, riset, dan analisis. Bisa karena gerakan benda langit. Bisa karena memanasnya geopolitik, perang, bencana alam, pandemi, kerusuhan sosial.
Sundry. Praktis semua yang berada di bawah matahari bisa mempengaruhi harga saham.
Analisis Fundamental mencerminkan simplifikasi logika yang paling sederhana. Berangkat dan bertumpu pada fakta bahwa saham itu berasal dari perusahaan. Jika tidak ada emiten yang menerbitkan saham, maka tidak ada saham.
Ketika sebuah perusahaan dilikuidasi atau mati, maka saham nya pun akan musnah dari peredaran. Kalau perusahaannya going concern, hidup tanpa batas, maka eksistensi sahamnya juga mengikuti asumsi hidup tanpa batas.
MIRIP SIKLUS KEHIDUPAN
Kalau perusahaannya berkembang, mencetak laba, ekspansi dan menjadi besar, maka harga sahamnya akan naik. Kalau perusahaannya terus menerus mengalami kerugian, tak mampu memenuhi kewajiban – internal maupun eksternal – maka keberadaan perusahaan akan selesai, dan keberadaan sahamnya pun akan selesai. Mirip siklus kehidupan itu sendiri. Lahir, berkembang, berprestasi dan mati.
Karena itu logis berasumsi bahwa harga saham ditentukan oleh nilai intrinsik perusahaan. Nilai intrinsik itu ditentukan oleh kondisi saat ini dan prospeknya di masa datang.
Realita tentu saja tak sesederhana itu. Hadirnya begitu banyak variabel yang mampu mendorong perhatian dan minat untuk memiliki suatu saham tak bisa didefinisikan secara tuntas. Bahkan ketika semua investor sepakat tentang variabel yang menjadi motor penggerak naiknya minat terhadap satu saham, reaksi terhadap motor penggerak yang sama itu pun berbeda dari satu investor ke investor yang lain.
Analisis fundamental, sekali lagi, oversimplified. Dihadapkan dengan begitu banyaknya variabel gayut, tetap dengan tekun berusaha menjawab pertanyaan yang sama: Berapa besar pengaruhnya terhadap kinerja dan prospek perusahaan.
Selamat menyongsong hari hari perdagangan terakhir 2023!
*) Ditulis oleh Hasan Zein Mahmud, Redaktur Khusus Infrastruktur.co.id