Ancaman Pasar Global, Dari Konflik hingga Perang
INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: Pasar global, menurut penerawangan saya, tidak dalam keadaan baik-baik saja. Geopolitik global makin menghangat. Belum usai Rusia Ukraina, api perang menyala di Timur Tengah. Kini percikan perang mulai menyala antara dua Korea.
Amerika Serikat yang memompakan bahan bakar ketiga unggun itu, kini pura-pura sibuk mau memadamkan api.
Di Laut Merah kini menyala api merah. Pintu masuk ke Terusan Suez itu kini harus dihindari kegiatan pelayaran bisnis. Padahal pasokan Asia untuk konsumen Eropa banyak yang lewat terusan itu. Sebanyak 30% lalu lintas kontainer dunia Lewat di situ.
MELONJAK TINGGI
Kita sudah menyimak harga minyak bumi – terlebih gas alam – melonjak tinggi. Krisis rantai pasok kembali mengintai. Hantu inflasi nempel di belakang. Ekonomi dunia – etalase nya di pasar keuangan – belum lama memamerkan sakitnya tingkat bunga yg tinggi dan likuiditas yg kering. Peluang terulang kini menyongsong datang. Indikator mulai terang benderang. Indeks USD mulai merambat naik. Imbal hasil treasury (10 th) kembali menembus angka 4%.
Di dalam negeri, kita menghadapi pemilu paling heboh sepanjang sejarah demokrasi. Kekuasaan yang seharusnya netral kini terang terangan memihak. Menyeret paksa semua institusi dan peralatannya. Pameran ketidak adilan yang mencolok mata, mengiris perasaan.
Politik uang adalah ajaran ekonomi paling buruk. Indikator kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, dan kerendahan akhlak.
DIDIDIK PRODUKTIF
Masyarakat yang seharusnya dididik untuk produktif, dijejali mental pengemis. Masyarakat yang notorius pemalas dilatih untuk menjadi makin malas. Manusia yang seharusnya membangun motivasi untuk menghasilkan sesuatu, kini dipupuk untuk jadi benalu.
Anggaran negara yang terbatas yang seyogianya dialokasikan ke sektor produktif, habis sesaat untuk kegiatan konsumtif. Membelenggu kita untuk tetap miskin. Miskin materi dan miskin motivasi, miskin harga diri.
Kepastian dan supermasi hukum makin blur dan tak jelas. Social trust menguap. Menempatkan kita menjadi distrust society (pinjam istilah Fukuyama).
Secara ekonomis, kalau Indonesia emas bukan sekedar omdo bin omko, maka ekonomi harus bertumbuh minimal rata rata 7% per tahun selama 2 dekade mendatang.
MOTOR PENGGERAK
Motor penggerak terbesar harus berasal dari investasi. Investasi Lalu siapa yang bersedia menanam modal di negara tanpa hukum? Di Negara surga para koruptor? Di negara yang masyarakatnya pemalas, mental benalu dan parasit?
Ayo sahabat. Hapus stigma. Perbaiki paradigma. Bangun integritas. Tingkatkan kualitas.
*) Ditulis oleh Hasan Zein Mahmud, Redaktur Khusus Indowork.id