Debat Cawapres, Adu Gimik dan Saling Terjebak

INDOWORK.ID, JAKARTA: Gibran Rakabuming Raka bukan sosok negarawan. Tapi seorang yang berusaha menutupi kekurangannya dengan memakai istilah njelimet biar kelihatan pintar.

Dia gunakan alibi kosong untuk menutupi ketidaktahuan dia kemudian menyerang lawan diskusinya. Secara personal bukan pada inti gagasannya.

Contohnya soal bio regional. Gibran malah bahas botol plastik. Kemudian soal greenflation, whatever yang nampak disengaja untuk merontokkan Prof. Mahfud MD.

DAPAT BOCORAN?

Kita menyimak bahwa selama debat nampak Gibran sangat text book hingga muncul dugaan, jangan-jangan Gibran sudah tahu bocorannya atau paling tidak kisi-kisinya. Jadi dia sangat lancar menjelaskan aneka aspek tapi hanya di kulitnya saja. Tidak pada detilnya.

Simak jawabannya ketika ajang tanya jawab.

Simak gaya ngeles dia soal hak adat dan redistribusi tanah.

Bener-bener norak.

Tingkahnya begitu liar “menghajar” dua lawannya.

So pathetic…

Namun itu yang nampaknya diarahkan konsultan dia. Serang pribadi jika tidak mampu jawab dengan dampak yang minimal.

DENDAM TERBALASKAN

MUHAIMIN ISKANDAR, Foto: Kaltim Today

Publik kemudian diarahkan dengan banjir opini buatan “para kakak pembina” bahwa apa yang dilakukan Gibran terhadap Cak Muhaimin Iskandar dan Prof Mahfud adalah dendam yang terbalaskan tuntas atas perlakuan Ganjar dan Anies terhadap Prabowo soal skor Kemenhan.

Dan tentunya kita setuju pada Cak Imin bahwa forum debat soal kebijakan bukan soal tebak-tebakan.

Tapi dia juga lakukan plot twist.

PERTANYAAN RECEHAN

Lalu apakah Cak Imin dan Prof. Mahfud menunjukkan kenegarawanan?

Tidak juga. Karena keduanya pun sama dodolnya. Prof Mahfud bilang pertanyaan Gibran recehan.

Sementara Cak Imin terpancing emosinya hingga keluar kata ijazah palsu.

Tapi jika diperingkatkan, jelaslah Gibran yang paling lemah sisi ke-negara- wan.

Dia lebih tampil sebagai penyerang bergaya oposan recehan.

Tentu pendukungnya mengatakan begitulah anak muda dengan pemikiran yang progesif menghadapi kecenderungan debat Paslon Capres makin menguliti pribadi bukan program.

Namun sebagai Golputer, kita memandang bahwa Indonesia tidak membutuhkan sosok seperti dia.

Kita butuh figur negarawan. Yang tidak hanya mampu menjelaskan program dengan gamblang tetapi juga menghargai pandangan berbeda dari pihak lawan.

Politisi yang negarawan akan melihat lawannya bahwa meski berbeda pandangan dan program, namun dia dan lawan-lawannya berkomitmen sama.

Yakni sama-sama mencintai negerinya serta berkomitmen mensejahterakan rakyat yang berusaha direbut hatinya untuk memilihnya.

Jadi meskipun berbeda, semua kandidat harus dihormati sebagai sosok yang punya komitmen sama. Yakni memajukan Indonesia dan rakyatnya.

Sebagai Golputer, saya memandang baik capres maupun cawapres yang sedang bertarung tidak menunjukkan kualitas negarawan.

Negeri ini tidak pernah dipimpin oleh seorang negarawan. Tapi penjaga kepentingan kaum oligarkis dan pengusaha gede-gedean.

KECUALI HABIBIE

BJ Habibie

Pengecualian pada Presiden B.J. Habibie yang sangat disayangkan hanya memerintah seumur jagung.

Jadi debat yang ada cuma ajang Drakor semata.

Sebagai hiburan belaka.

Sebagai tissue yang digunakan sejenak kemudian dibuang menjadi sampah. Tanpa ada makna kecuali hiburan saling hujat di media sosial.

Karena akhirnya kita sudah tahu.

Siapa pun yang kalah.

Siapa pun yang menang.

Siapa pun yang melecehkan.

Siapa pun yang merecehkan.

Pada akhirnya akan bersatu dalam pemerintahan.

Jadi kenapa saling hujat-hujatan.
Wong hasilnya sudah ketahuan..

Yang kita dapatkan ya kelas-kelas debat capres dan cawapres yang recehan itu.

****
Apa inti dari semua ini ?

Politisi itu jauh di luar kehidupan kita.
Sementara kita berada di pusaran keluarga kita.

Harusnya kita fokus saja pada kesejahteraan dan kejayaan keluarga kita sendiri.

Dengan demikian, aneka kebijakan yang merugikan akibat kebijakan pemerintah yang jauh dari sisi kenegarawan tidak berimbas kepada kita dan keluarga.

Jika ada untung dari kebijakan pemerintah ya kita ambil karena kita bayar pajak.

Yang negatif apalagi berurusan dengan hukum ya dijauhkan..

Sebab susah cari keadilan serta kesetaraan jika negara ini tidak dipimpin dan dikelola oleh para individu yang punya karakter sebagai seorang negarawan.

*) Ditulis oleh Budi Setiawan, wartawan senior.

What is your reaction?

0
Excited
0
Happy
0
In Love
0
Not Sure
0
Silly

You may also like

Comments are closed.

More in Headline