Tesla Pelopori Pengembangan Mobil Listrik, Penjualan Melonjak Pesat

INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: Krisis energi minyak serta pemanasan global yang telah jauh-jauh hari diprediksi kian memicu kesadaran berbagai negara untuk menonjolkan teknologi lebih ramah lingkungan, efisien, terlebih tanpa polutan.

Hal inipun membuat negara-negara maju tancap gas dalam membidik pengembangan produk otomotif berteknologi listrik. Dari Jurnal Policy Exchange terbitan 2018, Geoffrey Owen, Mantan Editor Financial Times, mengungkapkan Pemerintahan Inggris mensponsori secara jor-joran pengembangan dan investasi teknologi listrik otomotif.

Pada 2017, Pemerintah Inggris di bawah Theresa May meluncurkan program bertajuk “Faraday Challenge”. Program ini menggelontorkan dana hingga £246 juta guna pengembangan baterai kendaraan.

Secara rinci, sebesar £78 juta dialokasikan bagi penelitian akademik yang dikoordinasikan oleh lembaga Faraday Institution. Sedangkan sebesar £88 juta digunakan untuk proyek inovasi yang ditangani oleh agen inovasi pemerintah, Innovate UK. Sisanya, £80 juta untuk mendukung pembangunan fasilitas pengembangan baterai di Midlands.

Tesla Dalam Pengembangan Mobil Listrik

Jika Inggris menempuh jalur pengembangan riset, maka AS melangkah lebih jauh. Terbentuknya Tesla pada 2003 tak lepas dari peran pemerintah. Bahkan, Tesla dikabarkan pula mendapat sokongan dana riset baterai dan pengembangan mobil listrik.

Tesla berhasil meluncurkan produk-produk berteknologi listrik dengan baterai ion Litium buatan Panasonic. Selain itu, Tesla membutuhkan sokongan untuk membangun pabrik baterai di Nevada.

Pemerintah AS diketahui meminjamkan dana kepada Tesla. Nilai pinjaman itu mencapai US$465 juta yang dilunasi pada 2013. Semua dilakukan untuk pengembangan industri sekaligus pengendalian emisi.

Pada 1997, AS menargetkan penjualan mobil ramah lingkungan 2% dari penjualan domestik, bahkan pada awal 2000, target itu dipatok hingga 5%-10%. Kebijakan inipun mendorong pabrikan seperti General Motors (GM) untuk memoles teknologi motor bakar menjadi tenaga listrik.

Pada masa yang sama, GM telah memiliki EV1 yang menggendong mesin berteknologi listrik. Awalnya, EV1 memanfaatkan modifikasi baterai berbahan asam timbal (lead acid), yang kemudian dikembangkan kembali sampai menemukan formulasi baterai nikel dan logam hibrida.

Teknologi baterai nikel-logam hibrida ditemukan ilmuwan berkebangsaan AS Stanford Ovshinsky. Teknologi yang sama kemudian dikembangkan lebih jauh oleh pabrikan Jepang, Toyota dan Honda.

Bahkan ketika EV1 dari GM tak lagi dikembangkan, Toyota menghentak dunia dengan produksi massal mobil berteknologi listrik hibrida perdana di dunia. Toyota berhasil melahirkan Prius yang membuka kemungkinan pengembangan mobil listrik tahap selanjutnya.

Tesla Jadi Pelopor Mobil Listrik

Elemen paling penting dalam rantai pasokan baterai adalah sel. Sebagian besar mobil listrik di pasar saat ini menggunakan baterai berdasarkan sel lithium-ion, teknologi yang pertama kali dikomersialkan di Jepang pada awal 1990-an.

General Motor meluncurkan Chevrolet Volt pada 2010 lalu dengan mesin hibrida bertenaga baterai li-ion dengan kombinasi mesin bensin 1.400 cc. Pabrikan Jepang seperti Toyota juga meluncurkan Prius yang melenggang pada 1997 hingga kini.

Sementara Tesla Motor, boleh dibilang menjadi salah satu pelopor penting hadirnya mobil listrik murni. Pada 2006, majalah Time di AS menampilkan sosok Roadster besutan Tesla Motor sebagai foto sampul majalah itu.

Time memuat artikel tentang bagaimana Tesla menjadi salah satu pabrikan non otomotif yang menjadi game changer dalam industri otomotif dunia. Sebagai pemain baru, perusahaan yang dimiliki Elon Musk ini justru memberikan arah baru tentang kendaraan masa depan.

Tidak seperti pabrikan otomotif dunia lain yang mencoba untuk menjembatani kebutuhan masa depan kendaraan rendah emisi dengan ‘mengawinkan’ mesin ICE dan motor listrik, Tesla justru langsung melakukan lompatan dengan mobil bertenaga listriknya.

Penjualan Yang Pesat

Antusiasme konsumen meningkat. Dalam catatan situs statista.com, dalam 6 tahun (2016-2021), terjadi peningkatan pesat penjualan mobil Tesla di seluruh dunia.

Angkanya terus menanjak, dari semula hanya 75,900 unit hingga mencapai 499.000 unit pada 2020. Pada 2021, angka penjualan itu diprediksikan kembali melonjak. Wabah Covid-19 yang sempat melanda dunia tampaknya hanya sedikit menekan peningkatan penjualan.

Pertumbuhan penjualannya tidak gradual melainkan eksponensial. Hal ini menunjukkan bahwa minat konsumen terhadap mobil listrik semakin besar.

Apalagi, berbagai penemuan teknologi baterai hingga kini semakin maju, membuat waktu pengisian juga menjadi lebih cepat dengan bobot baterai yang lebih ringan. Tesla tidak sendiri, produsen mobil listrik kini mulai berhamburan.

Sebutlah Rivian, Lucid, Fisker, Lordstown, dan juga Canoo. Para pembuat mobil listrik ini tak perlu melakukan investasi besar layaknya mobil bertenaga ICE, dalam konteks perakitan dan pembuatan mesin beserta komponennya yang berjumlah lebih dari 15.000 item dalam mobil berteknologi ICE tersebut.

Pelbagai inovasi itu, mencoba menjawab tantangan regulasi yang semakin ketat, khususnya berkaitan dengan upaya global menekan emisi karbon gas buang.

Mobil Listrik di Tanah Air

Pabrikan mobil listrik dunia juga mulai masuk ke Tanah Air. Meski baru uji coba, perusahaan transportasi Blue Bird, sempat menghadirkan Tesla Model X, untuk armadanya pada 2019.

Emiten bursa berkode BIRD.JK ini mendatangkan sejumlah kendaraan listrik untuk ujicoba sebagai upaya menekan biaya operasional. Tak ketinggalan, Hyundai Motor Indonesia pun juga turut menghadirkan mobil listrik Kona EV (electric vehicle) pada 2020 lalu.

Hyundai Kona Electric menggunakan permanent magnet synchronous motor yang menurut keterangan resmi perusahaan asal Korea Selatan itu, dapat menghasilkan tenaga 136 dk dan torsi sebesar 395 Nm.

Kona dilengkapi dengan baterai lithium-ion polymer berkapasitas 39,2 kWh. Dengan kelengkapan baterai berdaya besar ini, pabrikan mengklaim bahwa SUV 4 seater ini mampu menempuh jarak hingga jarak 305 km untuk sekali pengisian daya (charging) penuh.

What is your reaction?

0
Excited
0
Happy
0
In Love
0
Not Sure
0
Silly

You may also like

Comments are closed.

More in Otomotif