Kunci Sukses Transformasi Jasa Marga
INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: Kipra Jasa Marga menjadi pemain kunci di bisnis Jalan Tol di Indonesia memberikan pelajaran berharga. Paling tidak ada tiga kompetensi inti (core competence) Jasa Marga yang dapat dipetik. Pertama, kemampuan adaptif (adaptive capability) Jasa Marga dalam merespons setiap perubahan, tantangan dan sekaligus peluang bisnis Jalan Tol di Indonesia.
Lahir sebagai entitas usaha yang mendapatkan instruksi tidak hanya menjadi pemain tetapi juga sekaligus regulator di Jalan Tol pada tahun 1978, Jasa Marga ternyata berhasil beradaptasi dengan perubahan regulasi pasca reformasi.
Dengan adanya UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan yang kemudian dilanjutkan dengan hadirnya Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) di tahun 2005 telah menjadikan Jasa Marga sebagai perusahaan pengembang dan operator Jalan Tol di Indonesia. Sementara fungsi otorisator dikembalikan ke pemerintah dan dalam hal ini dilakukan oleh BPJT.
Perubahan regulasi di tingkat UU membuat proses bisnis (business process) Jasa Marga berubah secara drastis dan signifikan. Transisi besar ini membutuhkan sekaligus menguji kemampuan Jasa Marga beradaptasi dengan merubah diri menyesuaikan regulasi baru. Dan secara umum Jasa Marga berhasil menjawab tantangan tersebut.
Dari sebelumnya sebagai entitas bisnis yang memiliki kewenangan dalam membangun, mengelola dan mengatur Jalan Tol menjadi murni entitas usaha pengusahaan dan pengelolaan Jalan Tol di Indonesia. Menjadikan Jasa Marga sama seperti entitas bisnis swasta nasional dan asing untuk pengusahaan dan pengelolaan Jalan Tol di Indonesia.
Perubahan di tingkat regulasi (UU) memerlukan penyesuaian cukup signifikan tidak hanya di tingkat Visi-Misi saja tetapi juga Struktur Organisasi, Budaya Perusahaan, Strategi Bisnis, Perencanaan Bisnis, Strategi Marketing, Strategi Keuangan, Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dan sampai pada Strategi Operasi Perusahaan.
BACA JUGA: Jasa Marga Manfaatkan Momentum Pertumbuhan Sektor Konstruksi
Mengubah budaya perusahaan yang memiliki karakteristik hybrid operator-regulator menjadi operator murni bukanlah pekerjaan mudah dan sederhana. Dan bahkan 2 tahun berikutnya pada 2007, Jasa Marga mampu memenuhi semua persyaratan yang tentu tidak mudah dan sederhana untuk IPO dan layak listing di Bursa Efek Indonesia.
Kedua, kemampuan inovasi (innovative capability) untuk menjawab tantangan dan peluang di sektor dan industri Jalan Tol di tanah air. Kinerja Jasa Marga terus naik tinggi tidak hanya dikarenakan Jasa Marga berada di sektor yang sedang growing melalui komitmen pemerintah dalam pembangunan Jalan Tol di berbagai daerah dan wilayah saja, tetapi juga karena usaha serius Jasa Marga untuk mengoptimalkan setiap peluang yang ada dalam meningkatkan value perusahaan.
Kinerja Jasa Marga tidak hanya tinggi menurut indikator finansial (e.g., nilai asset, pendapatan, laba usaha, laba bersih/saham), tetapi juga indikator market seperti pangsa pasar dan diversifikasi usaha.
Ketiga, kinerja Jasa Marga juga berkelanjutan dimana dalam kurun waktu (2013-2021) selalu menunjukkan trend peningkatan dalam suasana transisi kepemimpinan nasional, goncangan harga komoditas dunia dan sejumlah faktor lainnya yang berisiko menurunkan kinerja perusahaan.
Ternyata Jasa Marga memiliki daya tahan (resiliency) yang tinggi untuk tidak hanya menyesuaikan diri tetapi juga berkinerja tinggi.
Untuk tetap berkinerja maka hal yang dilakukan oleh Jasa Marga adalah berinovasi di hampir segala lini. Inovasi untuk membuat tata kelola perusahaan semakin baik, inovasi penciptaan nilai, inovasi peningkatan produktivitas dan inovasi pelayanan kepada konsumen merupakan beberapa contoh inovasi yang dilakukan oleh Jasa Marga.
Menjadikan organisasi perusahaan untuk agile dan terus melakukan perbaikan terus menerus (continuous improvement) bukanlah hal mudah dan membutuhkan komitmen yang tinggi dari setiap kepemimpinan Jasa Marga.
Kemampuan untuk terus melakukan inovasi inilah yang secara baik menjelaskan mengapa Jasa Marga tidak hanya bertahan (survive) tetapi juga berdaya saing di dari masa ke masa dan bahkan sampai pada akhir 207 pangsa pasar Jasa Marga sudah mencapai 62 persen industri Jalan Tol di Indonesia.
BACA JUGA: Jasa Marga Pionir Jalan Tol di Indonesia