Kisah Inovator Sosrobahu Sebelum Karyanya Melanglang Buana di Dunia

INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: “Kalau pier head ini tidak dapat berputar, pukul delapan pagi besok saya akan menghadap Menteri PU, saya akan mengajukan permohonan berhenti menjadi Direktur Utama.” tegas Tjokorda saat kawan-kawannya meragukan metode barunya (Kompas, 1/1/2000).

Dr. Ir. Tjokorda Raka Sukawati

Saat itu, Dr. Ir. Tjokorda Raka Sukawati baru satu bulan menjabat sebagai Direktur Utama PT Hutama Karya (Persero).

Teknologi Landasan Putar Bebas Hambatan (LPBH) Sosrobahu merupakan mahakarya insan Hutama Karya. Tjokorda merancang inovasi tersebut pada medio 1987-1988.

Sosrobahu terinspirasi dari proyek terdahulu Hutama Karya yang juga lahir berkat inovasi lainnya, yaitu teknik konstruksi beton prategang. Proyek tersebut adalah Jembatan Semanggi yang ditangani oleh Sutami, direktur Hutama Karya yang menjabat tahun 1961.

Jembatan Semanggi

Awalnya, banyak orang yang meragukan inovasi Sutami karena belum terbukti berhasil aplikasinya di Indonesia. Sutami tetap menggunakan teknik tersebut ketika menangani pembangunan Jembatan Semanggi. Ia tetap “ngeyel” meskipun Indonesia belum pernah menggunakan beton prategang (prestresses concrete). Hasilnya dapat masyarakat Jakarta rasakan hingga saat ini, Semanggi yang berdiri kokoh.

Teknologi yang pertama kali diterapkan pada Jembatan Semanggi pun direncanakan untuk proyek pembangunan jalan tol layang pertama di Indonesia, yaitu Cawang-Tanjung Priok.

AWALNYA DIRAGUKAN, JADI MENDUNIA

Tjokorda Jelaskan Cara Kerja Sosrobahu

Teknologi itu tidak serta merta langsung diaplikasikan untuk jalan tol layang Cawang-Tanjung Priok. Tjokorda mengadakan penelitian dan uji coba terlebih dahulu pada tahun 1987-1988. Sebagaimana dengan Sutami yang diragukan ketika hendak mencoba teknik konstruksi baru, teknik Tjokorda juga diragukan oleh rekan-rekannya.

Siti Hardijanti Rukmana yang akrab dipanggil Mbak Tutut yang kala itu menjadi ketua Konsorsium Proyek juga meragukan penggunaan metode baru itu. Namun, karena Tjokorda dengan mantap menjawab yakin bisa digunakan, Mbak Tutut langsung meminta pada malam itu juga (27 Juli 1988) teknologi itu segera diterapkan.

Akhirnya, menjelang tengah malam 27 Juli 1988 teknologi LPBH untuk pertama kalinya diterapkan dalam pembangunan tol Cawang-Tanjung Priok. Prosesi kelahiran teknologi ini ditandai dengan pemutaran kepala tiang (berupa gelagar beton sepanjang 25 meter) yang bertumpu pada badan tiang vertikal, yaitu dari posisi sejajar sumbu jalan hingga melintang 90 derajat terhadap jalan di bawahnya. Seperti keyakinan Tjokorda, teknologi itu berhasil bekerja sesuai perhitungannya.

Teknologi Sosrobahu Untuk Jalan Layang

Soeharto yang kala itu menjabat sebagai presiden memberikan nama kepada teknologi tersebut, yaitu Sosrobahu atau bahu seribu.

Tjokorda terus memperbarui teknologi Sosrobahu. Sosrobahu versi kedua hanya memerlukan waktu pemutaran dan pemasangan 45 menit. Metode sebelumnya memakan waktu dua hari.

Hingga saat ini, pengembangan Sosrobahu terus berjalan. Jika pada awalnya Sosrobahu mampu memutar pilar dengan bobot 450 ton, kini sudah sampai 1300 ton.

Penemuan yang begitu menggemparkan ini membuat pihak luar negeri terpikat membeli paten teknologi. Sebut saja Filipina, Malaysia, Thailand, Singapura, Vietnam, dan Sri Lanka.

Sementara itu, pembangunan di Indonesia masih terus menggunakan teknologi ini. Belum lama ini, pembangunan Tol Cikampek II menggunakan Sosrobahu versi terbaru.

What is your reaction?

0
Excited
0
Happy
0
In Love
0
Not Sure
0
Silly

You may also like

Comments are closed.

More in Properti