INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: Diskusi buku “Transformasi dan Ruwat-Citra – Korporasi, Organisasi Nirlaba, Destinasi Wisata” karya Sigit Pramono kembali digelar di Kampus Universitas Prasetiya Mulya Jakarta pada Kamis, 6 November 2025. Acara bertajuk “Transformasi dan Ruwat-Citra Destinasi Wisata di Masa Turbulensi Sosial, Politik, dan Ekonomi” ini menghadirkan tokoh-tokoh lintas sektor. Para peserta yang hadir berasal dari kalangan akademisi, praktisi bisnis, mahasiswa, dan pemerhati pariwisata, menandakan antusiasme pada tema besar perpaduan antara transformasi organisasi dan branding destinasi wisata.
Acara dibuka dengan sambutan Ketua Umum IKA (Ikatan Alumni) Prasetiya Mulya, Edy Sutrisman, yang menekankan pentingnya perguruan tinggi berkontribusi dalam wacana strategis terkait pengembangan sektor pariwisata. Ia menilai buku Sigit Pramono menawarkan perspektif baru dalam memahami strategi membangun citra di tengah ketidakpastian global.
Rektor Universitas Prasetiya Mulya, Hassan Wirajuda, dalam sambutannya menambahkan bahwa pariwisata Indonesia membutuhkan pendekatan kreatif, kolaboratif, dan berkelanjutan. “Transformasi citra bukan sekadar promosi, tetapi pembenahan nilai, narasi, dan pengalaman yang ditawarkan kepada publik,” ujarnya.
Sigit Pramono, sebagai penulis buku sekaligus pembicara utama, memaparkan gagasan tentang pentingnya ‘ruwat citra’, yakni upaya memulihkan, merawat, dan menguatkan identitas destinasi wisata di tengah tekanan perubahan zaman. Ia mencontohkan bagaimana berbagai daerah di Indonesia berhasil mengangkat kembali citra pariwisatanya melalui strategi branding yang tepat dan kolaboratif.
Buku terbitan Agustus 2025 ini memuat studi kasus pengalaman Sigit memimpin transformasi di berbagai sektor, mulai korporasi hingga destinasi wisata. Ia menjelaskan bahwa istilah ruwat-citra sendiri diambil dari tradisi Jawa mengganti nama untuk menolak kesialan, menegaskan bahwa setiap perubahan organisasi harus menyentuh aspek mendalam seperti strategi, budaya, dan identitas baru.
Selain itu, Sigit menyebutkan bahwa ruwat-citra merupakan cara efektif untuk mengomunikasikan perubahan organisasi. Menurutnya, “Publik sering tidak tahu apa yang terjadi di dalam organisasi, sehingga rebranding menjadi jembatan penting untuk menyampaikan perubahan itu”. Konsep mendasar inilah yang menjadi fokus diskusi: memperbaharui citra organisasi dan destinasi wisata dengan menyentuh akar strategi.
Hadir pula Abdullah Azwar Anas, Menteri PAN-RB 2022–2024 sekaligus mantan Bupati Banyuwangi, membagikan pengalamannya dalam mengembangkan pariwisata Banyuwangi. Ia menjelaskan bagaimana, di bawah kepemimpinan transformasinya, Banyuwangi berhasil bertransformasi dari kota termiskin menjadi “kota inovatif” dengan pengelolaan pariwisata berbasis budaya yang kolaboratif. Pendekatan serupa yakni mengintegrasikan inovasi lokal dan kolaborasi lintas sektor. Menurutnya, sangat relevan diterapkan oleh destinasi lain agar mampu bangkit di tengah tantangan sosial-ekonomi.
Pembicara lainnya, Danton Sihombing, Brand Consultant dan Founding Partner The Council Brand Advisory , menyoroti pentingnya strategi branding yang humanis dan empatik, mengedepankan nilai-nilai lokal dan aspirasi masyarakat dalam membangun loyalitas terhadap suatu destinasi. Menurutnya, “Branding destinasi tidak hanya bicara soal logo atau slogan, tetapi bagaimana pengalaman yang dijanjikan dapat benar-benar dirasakan wisatawan.”
Diskusi dipandu oleh Fathony Rahman, Wakil Rektor Universitas Prasetiya Mulya, yang membawa alur pembahasan tetap kritis, mendalam, dan relevan dengan tantangan industri pariwisata saat ini.
Acara ini menghasilkan berbagai rekomendasi strategis bagi pelaku dan pemangku kepentingan sektor pariwisata. Diskusi ini diharapkan mendorong lahirnya ide-ide kreatif agar destinasi pariwisata Indonesia tetap relevan dan kompetitif di tengah gejolak sosial-politik dan ekonomi. Fathony Rahman menutup dengan semangat kolaborasi lintas bidang, gagasan ruwat-citra dapat diaplikasikan secara nyata untuk memperbarui citra destinasi wisata dan organisasi secara menyeluruh.